MENGENAL
HUTAN MANGROVE
1. Pendahuluan
Menurut Undang-undang No. 41
Tahun 1999 tentang Kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa
hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam
persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat
dipisahkan. Sedangkan arti kata mangrove adalah vegetasi hutan yang tumbuh di
antara garis pasang surut, tetapi juga dapat tumbuh pada pantai karang, pada
dataran koral mati yang di atasnya ditumbuhi selapis tipis pasir atau ditimbuni
lumpur atau pantai berlumpur.
Sebagian besar garis pantai
perairan Indonesia merupakan dataran rendah dan tertutupi hutan tropis atau
hutan mangrove. Kadang-kadang terbentuk pantai yang berbatasan dengan pasir
berbatu atau karang lunak dan terletak dibelakang pinggiran terumbu karang,
terutama di dekat muara sungai.
Tempat hutan mangrove di daerah
antara level pasang naik tertinggi sampai level di sekitar atau di atas
permukaan laut rata-rata. Komunitas
hutan mangrove hidup di daerah pantai terlindung di daerah tropis dan
subtropis. Layaknya hutan mangrove berada pada kawasan pinggir pantai, muara
dan sungai yang mengalami rembesan air laut.
Hutan mangrove mempunyai tiga
fungsi utama bagi kelestarian sumber daya , yakni :
-
Fungsi
fisik, hutan mangrove secara fisik menjaga dan menstabilkan garis
pantai serta tepian sungai, pelindung terhadap hembasan gelombang dan arus,
mempercepat pembentukan lahan baru.
-
Fungsi
biologi adalah sebagai tempat asuhan (nursery ground), tempat mencari makanan (feeding ground), tempat
berkembang biak (spawning ground) berbagai
jenis ikan, burung, biawak, ular. Sebagai tempat tumbuh-tumbuhan epifit dan
parasit seperti anggrek, pakis, dan tumbuhan lainnya dan berbagai kehidupan.
Hutan mangrove juga sebagai penghasil zat hara yang cukup tinggi
produktivitasnya jika dibandingkan dengan hutan darat tropika. Unsur hara yang
terkandung didalamnya adalah nitrogen, magnesium, natrium, kalsium, fosfor, dan
sulfur.
-
Fungsi
ekonomi yakni kawasan hutan mangrove berpotensi sebagai tempat
rekreasi, lahan pertambakan, dan penghasil devisa dengan produk bahan industri.
Menurunnya ekosistem mangrove di wilayah pesisir dapat dilihat dari luas hutan
mangrove Indonesia yang diperkirakan 4,25 juta Ha (Giesen, 1993) saat ini hanya tinggal 2,5 juta Ha (Nirarita, 1996). Begitu pula yang
terjadi di kawasan hutan mangrove di Pulau Jawa, yang semula diperkirakan
70.467,915 Ha saat ini tinggal 66.867,01 Ha. Penyusutan hutan mangrove tercepat tercatat di Bali yang
hingga sekarang tinggal 25,64 % dan di Jawa tinggal 34,65 %.
Bila merujuk dari Keppres 48
tahun 1999, bahwa ekosistem mangrove dikategorikan sebagai ekosistem lahan
basah yang harus dilindungi, maka Pemerintah Indonesia mempunyai tanggung jawab
untuk melakukan perlindungan terhadap ekosistem mangrove. Perlindungan
dilakukan pada areal hutan mangrove yang masih diambil manfaatnya maupun areal
konservasi atau lahan yang telah rusak untuk direhabilitasi maupun
direkonstruksi menjadi ekosistem mangrove kembali.
Sering kali kebijakan yang diharapkan
mampu melindungi sumber daya hutan mangrove untuk kelestarian fungsinya pada
realitanya tidak berfungsi efektif, hal tesebut dikarenakan :
ü Kebijakan
yang ditetapkan tidak disertai dengan penegakan peraturan secara memadai;
ü Kebijakan
yang diterapkan belum terpadu dan kurang mengakomodasikan berbagai kepentingan
dari stakeholders secara
proporsional;
ü Kebijakan
yang dihasilkan oleh lembaga pemerintah yang kurang sinergi sehingga sering
terjadi interpretasi yang berbeda pada tingkat bawah atau masyarakat.
Terdegradasinya mangrove secara
pesat telah memicu meningkatnya erosi pantai yang menyebabkan kerusakan habitat
alami ikan dan udang, peningkatan intrusi air laut ke daratan serta memengaruhi
mata pencaharian para nelayan pesisir.
Perwujudan pengelolaan maupun
perlindungan ekosistem mangrove selain menjadi tanggung jawab pemerintah juga
segenap stakeholder yang ada, yaitu
pihak swasta, BUMN, Koperasi, Perguruan Tinggi, Masyarakat dan LSM yang peduli
lingkungan.
2. Karakteristik dan Penyebaran Mangrove
Mangrove adalah vegetasi hutan
yang tumbuh di antara garis pasang surut, tumbuhan yang hidup di antara laut
dan daratan. Sehingga hutan mangrove dinamakan juga hutan pasang. Hutan
mangrove dapat tumbuh pada pantai karang, yaitu pada karang koral yang mati yang
di atasnya ditumbuhi selapis tipis pasir atau ditumbuhi lumpur atau pantai
berlumpur. Hutan mangrove terjadi di daerah pantai yang terus menerus atau
berurutan terendam dalam air laut dan dipengaruhi oleh pasang surut, tanahnya
terdiri atas lumpur dan pasir. Secara harfiah, luasan hutan mangrove ini hanya
sekitar 3 % dari luas seluruh kawasan huan dan 25 % dari seluruh hutan mangrove
dunia. Namun dilihat dari perannya, kawasan vegetasi ini pantas diperhitungkan.
Mangrove tergantung pada air laut
(pasang) dan air tawar sebagai sumber makanan serta endapan lumpur dari hulu
sebagai bahan pendukungnya. Air pasang memberikan makanan bagi hutan dan air
sungai yang kaya akan mineral sedimen memperkaya tanah rawa tempat mangrove
tersebut tumbuh.
3. Jenis Tanaman dan Akar Mangrove
Mangrove merupakan vegetasi
spesifik di wilayah pantai sehingga keberadaannya mempunyai karakteristik
tersendiri. Chapman (1984) mengelompokkan mangrove menjadi dua kategori yaitu :
a.
Vegetasi mangrove inti yaitu mangrove yang
mempunyai peran ekologi utama dalam formasi mangrove, seperti Rhizophora, Bruguera, Ceriops, Sonneratia,
Avicennia, Lumnitzera, Nypa dan Derris.
b.
Vegetasi mangrove pinggiran (peripheral) yaitu mangrove yang secara ekologi berperan dalam
formasi mangrove tetapi juga berperan penting dalam formasi hutan lain, seperti
Cerbera, Acrostichum, Hibiscus, Heritlera,
dan sebagainya.
Pengelompokan lain yang dilakukan
Tomlinson (1984) membagi flora mangrove menjadi tiga kelompok :
a. Flora mangrove mayor
(mangrove sebenarnya) yaitu flora yang mempunyai kemampuan membentuk tegakan
murni dan secara dominan mencirikan struktur komunitas, secara morfologi
mempunyai bentuk adaptif khusus terhadap lingkungan dan mempunyai mekanisme
fisiologis dalam mengontrol kadar garam. Contohnya Avicennis, Rhizophora,
Bruguiera, Ceriops, dan Nypa.
b. Flora mangrove minor, yaitu
flora yang tidak mampu membentuk tegakan murni, sehingga secara morfologis
tidak berperan dominan dalam struktur komunitas. Contohnya : Excoecaria, Xylocarpus,
Heritiera, Aegiceras, Aegialitis, Pemphis, dan lainnya.
c. Asosiasi mangrove,
contohnya Cerbera, Acanthus, Derris,
Calamus, dan lainnya.
Jenis mangrove di Indonesia cukup
banyak namun yang sering dijumpai hanya beberapa generasi dan spesies.
Pengetahuan mengenai jenis dan ciri-cirinya sangat penting untuk masyarakat
yang tinggal di wilayah pesisir khususnya bagi masyarakat dan pengelola yang
langsung bersinggungan dengan pengelolaan ekosistem mangrove dan wilayah
pesisir.
Bentuk-bentuk perakaran tegakan
mangrove tersebut antara lain sebagai berikut
:
1.
Akar tunjang (stilt
root), yakni akar yang mencuat dari batang bercabang-cabang ke bawah
permukaan lumpur dan menggantung bagaikan busur panah. Jenis akar tunjang
terdapat pada vegetasi jenis Rhizophora sp. (bakau-bakauan). Spesies Rhizophora
memenuhi kebutuhan tersebut dengan akar-akar tunjang yang mencuat sampai satu
meter atau lebih di atas permukaan tanah. Akar-akar tersebut banyak mempunyai
pori-pori, yang disebut lenticels.
Pada waktu air surut oksigen terserap ke dalam tanaman melalui lenticels dan turun ke akar-akar. Lenticels ini hanya berkembang apabila
ada udara.
2.
Akar pasak atau tunggak (pneumatophore), yakni akar yang tumbuh terpencar, dengan anak-anak
akar muncul di permukaan air bagaikan tombak yang diberdirikan. Jenis akar
pasak terdapat pada vegetasi jenis Avicennia
sp (api-api) dan Sonneratia sp.
(prepat/pedada)
3.
Akar lutut (knee
root), yakni akar yang tumbuh mendatar dan bergelombang, di atas dan di
bawah permukaan air. Jenis akar lutut terdapat jenis Brugeiera sp. yang juga disebut lindur atau lenggada atau bius atau
tancang.
4.
Akar papan/banir (buttress), yakni berbentuk seperti papan miring yang tumbuh pada
bagian bawah batang dan berfungsi sebagai penunjang. Jenis mangrove yang
akarnya seperti ini yaitu Ceriops, sp.
5.
Akar udara (aerial
root), struktur menyerupai akar, keluar dari batang, menggantung di udara
dan bila sampai ke tanah dapat tumbuh seperti akar biasa.
Perakaran mangrove tidak hanya
digunakan untuk menyerap air tetapi mencegah masuknya garam, melalui saringan (ultra filter) yang terdapat pada akar (exclusion). Secara umum, mangrove dapat
bertahan karena mempunyai kadar internal (bahan penetralisir yang berasal dari
lingkungan) yang tinggi di dalam getahnya dan mampu memindahkan garam dengan
cara menyimpan garam dalam daun yang lebih tua. Oleh karena itu, konsentrasi
garam pada daun tua lebih tinggi.
Harrah's Cherokee Casino & Hotel - JamBase
BalasHapusHarrah's Cherokee Casino & Hotel 통영 출장샵 · 김제 출장마사지 Visit Website · Find Official Page 동해 출장샵 · Search 순천 출장안마 · Contact 원주 출장샵 Us · About. Visit Harrah's Cherokee Casino & Hotel.