Jumat, 12 Agustus 2016

BUDI DAYA TANAMAN JATI


BUDI DAYA TANAMAN JATI


Judul
:
Jati Sebagai tanaman investasi pendulang rupiah
Penyusun
:
Akhmad Sayidi, SST
Jabatan
:
Penyuluh Kahutanan Lapangan
Kecamatan Wanasari – Kabupaten Brebes.



A.     Sekilas Tentang Jati
Tanaman jati termasuk dalam 10 tanaman investasi pendulang rupiah, yang tumbuh di Indonesia merupakan spesies Tectona grandis. Tinggi tanaman jati dapat mencapai 30 – 45 meter dengan diameter batang yang mencapai hingga 220 cm. Bentuk batang tidak teratur serta beralur. Kulit batangnya mudah terkelupas dan berwarna kecoklatan atau keabuan. Selain itu, tanaman jati ini berakar papan pendek dan bercabang empat. Daun tanaman jati bebentuk opposite yang menyerupai jantung membulat dengan ujung meruncing. Daun muda berwarna hijau kecoklatan, sedangkan daun tua berwarna tua keabu-abuan. Biasanya daun tanaman jati berukuran panjang 20 – 50 cm dan lebar 15 – 40 cm dan memiliki bulu di permukaannya. Pertumbuhan daun sangat dipengaruhi oleh kondisi musim. Tanaman jati akan menggugurkan daunnya pada musim kemarau dan akan bersemi kembali pada awal musim hujan.
Bunga jati terbentuk dalam malai bunga yang tumbuh di ujung atau tepi cabang. Bunga jantan (benang sari) dan betina (putik) berada dalam 1 bunga (monoceus). Bunga berwarna putih berukuran panjang 6-8 mm dan lebar 4-5 mm. Bunga jati memiliki 5-7 kelopak berukuran 3-5 mm dan memiliki mahkota bunga yang tersusun melingkar berukuran sekitar 10 mm. Tangkai putik berjumlah 5-6 buah dengan filamen berukuran 3 mm, antena memanjang berukuran 1-5 mm, dan ovarium membulat berukuran sekitar 2 mm. Bunga yang terbuahi akan menghasilkan buah berukuran 1-1,5 cm.

B.      Syarat Tumbuh
Walaupun dikenal sebagai penghasil kayu yang kuat, jati juga memerlukan kondisi yang kondusif untuk mendukung pertumbuhannya. Habitat tumbuh yang sesuai akan mendukung kualitas kayu yang dihasilkan. Persyaratan tumbuh tersebut meliputi tanah, iklim, curah hujan, dan kelembapan yang secara lengkap dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Uraian
Syarat Tumbuh
Tanah
-          Topografi yang relatif datar (hutan dataran rendah) atau memiliki kemiringan lereng < 20 %
-          Unsur kimia pokok yang penting dalam mendukung pertumbuhan jati adalah kalsium (Ca), fosfor (P), kalium (K) dan nitrogen (N).
-          Pada lahan hutan jati alam, kapasitas bahan organik (humus) yang tersedia antara 1,87 – 5,5 % berada dipermukaan dan 0,17 – 0,19 % berada sekitar 100 cm berada dibawah permukaan.
Ketinggian tempat
Ketinggian tempat lebih dari 600 meter dpl adalah daerah tanaman jati tidak dapat tumbuh dengan baik, jati tidak dapat berkembang dengan baik karena suhu tahunannya lebih rendah.
Iklim
-          Curah hujan minimum 750 mm/tahun, optimum 1000 – 1500 mm/tahun dan maksimum 2500 mm/tahun. Walaupun demikian tanaman jati masih dapat tumbuh didaerah dengan curag hujan 3750 mm/tahun. Curah hujan secara fisik dan fisiologis berpengaruh terhadap sifat gugurnya daun dan kualitas produk kayu. Didaerah dengan musim kemarau panjang, tanaman jati akan menggugurkan daunnya dan biasanya lingkaran tahun yang terbentuk lebih artistik.
-          Suhu udara yang dibutuhkan tanaman jati untuk tumbuh baik minimum 13 – 17 0 C dan maksimum 39 – 43 0 C. Pada suhu yang optimum yaitu 32 – 42 0 C, tanaman jati akan menghasilkan kualitas kayu yang baik.
-          Kondisi kelembaban lingkungan tanaman jati yang optimal sekitar 80 % untuk fase vegetatif dan antara 60 – 70 % untuk fase generatif.

C.      Perbanyakan Tanaman
Perbanyakan jati dapat dilakukan bukan hanya secara generatif, tetapi juga vegetatif. Langkah ini dilakukan untuk mempercepat umur panen jati menjadi sekitar 15 tahun.
1.      Perbanyakan secara generatif
Perbanyakan generatif berarti melakukan perbanyakan melalui benih. Untuk memperoleh hasil yang baik, perbanyakan generatif sangat tergantung pada jenis benih yang digunakan. Sebaiknya benih yang digunakan sudah mendapat sertifikat atau berasal dari pohon induk yang baik.
Pemilihan induk yang baik dapat dilakukan terhadap pohon induk alami (seed stand) atau membangun secara khusus pohon induk (seed orchad) yang sudah terisolasi diareal penanaman jati. Pengisolasian ini dimaksudkan agar pohon induk tidak terkontaminasi oleh serbuk bunga tanaman jati yang tidak dikehendaki.
Beberapa persyaratan pohon induk yang baik sebagai berikut :
-          Memiliki penampakan (performance) tumbuh yang baik, sehat, dan bertajuk rindang.
-          Tinggi pohon bebas cabang minimal 4 meter.
-          Memiliki riap tumbuh (tinggi dan diameter) diatas rata-rata.
-          Tahan gangguan hama dan penyakit.
-          Memiliki kematangan umur (maturity) optimal, yaitu berumur 15 tahun.
-          Berbuah sepanjang tahun dan memiliki kapasitas optimal.
-          Memiliki daya kecambah benih ≥ 80 %.

2.      Perbanyakan secara vegetatif
Seiring dengan perkembangan teknologi budi daya tanaman, bibit jati hasil rekayasa teknis, baik melalui pengembangan benih dari pohon plus maupun teknologi kultur vegetatif mulai bermunculan. Hasilnya bisa berupa klon atau kultivar tanaman jati dengan daur produksi ekonomis sekitar 15 tahun. Dengan begitu, kurun waktu budi daya jati menjadi relatif singkat dengan nilai produksi yang cukup menjanjikan. Secara vegetatif, tahapan perbanyakan tanaman jati hingga pemeliharaan dilakukan sebagai berikut :
a.      Persiapan bahan bibit dan media kultur
Bagian tanaman jati yang bisa dikembangkan dengan kultur jaringan yaitu pucuk, ujung akar, embrio benih, atau bunga. Perbanyakan ini dilakukan dilaboratorium secara aseptik dengan menggunakan media cair atau padat (agar bacto) yang dimasukkan ke dalam laminar air flow, shaker incubator, dan inkas. Cara ini aman dari kontaminasi mikroorganisme yang kasar mata (virus, bakteri, jamur, dan mikroorganisme lainnya).
b.      Kultur tunas
Setelah bahan benih dan media tumbuh disiapkan, tahap selanjutnya adalah kultur tunas. Berikut langkah yang harus dilakukan.
1)      Potong tunas jati dengan pisau steril dalam laminar air flow.
Sterilisasi pisau dilakukan dengan cara mencuci pisau dengan etanol 70 % dan membilasnya dengan aquades.
2)      Sterilkan potongan tunas dengan etanol 70 %, lalu masukkan ke dalam natrium hipoklorit 7 % selama 5 – 6 menit. Kemudian cuci dengan aquades dan ulangi hingga 5 – 6 kali.
3)      Setelah 4 – 6 minggu, kultur tunas biasanya telah tumbuh dan keluarkan segera dari tabung reaksi. Bersihkan media agar yang masih menempel pada tunas dengan air mengalir.
4)      Tanaman tunas dalam pot yang telah diberi media tanam berupa vermiklit atau perlit.
5)      Agar tumbuh dengan optimal, siram tunas dengan bahan larutan yang mengandung hara Hoagland.
6)      Pindahkan tunas yang telah tumbuh baik ke dalam polibag dengan media tanam berupa campuran tanah dan kompos dengan perbandingan 1 : 1
7)      Letakkan polibag dalam naungan paranet dengan intensitas cahaya sekitar 60 %.
8)      Lakukan penyiraman selama pemeliharaan hingga bibit siap tanam, sekitar 4 – 6 bulan.

D.     Penanaman
Pada saat awal penanaman, jati ditanam secara monokultur. Adapun proses penanamannya dilakukan lewat tahap berikut.
1.      Persiapan lahan
Lahan penanaman perlu diolah terlebih dahulu agar bisa digunakan secara efektif dan efisien. Pengolahan ini sebaiknya memperhatikan kondisi topografi dan geografi lahan serta kesuburannya. Beberapa kegiatan pengolahan lahan yang dilakukan sebagai berikut :
a.      Pengukuran dan pemetaan lahana
Luas lahan yang hendak ditanam jati diukur, lalu dipetakan agar penanaman bisa dilakukan secara terencana.
b.      Pengolahan lahan
Saat mengolah lahan, hal utama yang harus dilakukan adalah membersihkan lahan dari jenis tumbuhan lain. Selanjutnya, pengolahan bisa disesuaikan dengan kondisi lahan, baik secara manual, semi mekanis, maupun mekanis. Khusus untuk topografi yang datar, pengolahan lahan bisa dilakukan dengan traktor. Cara lain yang lebih ekonomis yaitu sistem cemplongan, yaitu lahan yang dikelola hanya sekitar 1 m2 dari titik tanam atau sistem jalur. Teknisnya, titik tanam (tempat pembuatan lubang tanam) diolah secara optimal, sedangkan areal tanah dengan radius 1m dari titik tanam dibersihkan dan diolah secara ringan.
c.       Pengajiran, pembuatan lubang tanam, dan pemupukan.
Lahan tanam yang telah diolah kemudian diberi ajir setinggi 50 – 60 cm sebagai tanda titik tanam. Ajir dapat terbuat dari belahan bambu atau kayu. Jarak tanam awal dibuat 2 m x 2 m (2.500 pohon/Ha). Setelah penentuan titik tanam, lakukan pembuatan lubang tanam dengan ukuran optimal 40 cm x 40 cm x 40 cm. Selanjutnya, masukkan campuran pupuk dasar ke dalam lubang yang terdiri dari 10 kg kompos, 100 – 200 gr TSP, dan 50 – 100 gr urea/ZA.
2.      Pengadaan bibit
Bibit jati yang dipilih sebaiknya berasal dari hasil perbanyakan secara konvensional atau kultur jaringan. Harga bibit konvensional cukup murah, tetapi masa produksinya sangat lama, yaitu mencapai 60 – 80 tahun. Sementara itu, harga bibit hasil kultur jaringan cukup mahal, tetapi masa produksinya relatif lebih cepat. Adapun bibit hasil kultur jaringan ini bisa diperoleh di institusi pemerintah (PT Perhutani) ataupun perusahaan swasta lainnya.
Ciri-ciri benih dan bibit yang baik adalah sebagai berikut :
-          Daya kecambah lebih dari 90 % dan daya tumbuh anakannya lebih dari 80 %. Benih tanaman jati dapat disimpan dan dorman (karena kulitnya yang keras) apabila belum ditanam. Caranya benih dimasukkan ke dalam kaleng akan lebih baik jika diselimuti arang halus / sekam kayu. Dengan cara ini, masa simpan benih jati bisa mencapai dua tahun.
-          Batangnya tumbuh tegak, jumlah daun proporsional serta tidak terdapat bekas gigitan serangga atau ulat atau hama lainnya.
-          Mempunyai tinggi seragam, warna daun terlihat hijau cerah, dan tidak layu.
3.      Penanaman
Untuk menekan jumlah bibit yang mati, waktu tanam ideal sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan. Adapun cara penanamannya adalah sebagai berikut :
1)      Pindahkan bibit siap tanam ke lahan penanaman.
2)      Masukkan bibit ke dalam lubang tanam, lalu sobek kantong polibag dengan hati-hati agar media tanam tidak pecah dan merusak akar bibit.
3)      Tutup lubang tanam dengan campuran lapisan tanah atas (top soil) dan tanah bagian bawah, lalu padatkan dan ratakan.
4)      Buat guludan agar tidak terjadi genangan air yang bisa menimbulkan pertumbuhan jamur atau bakteri.
E.      Pemeliharaan
Secara teknis, pemeliharaan tanaman jati dibagi dalam dua tahapan, yaitu pertumbuhan vegetatif dan generatif. Pertumbuhan vegetatif terjadi hingga tanaman berumur lima tahun, sedangkan pertumbuhan generatif sejak tanaman berumur lima tahun hingga mencapai daur produksi, tergantung jenis/varietas jati yang ditanam.
1.      Fase pertumbuhan vegetatif
Secara fisiologis, tanaman jati pada fase ini akan melakukan adaptasi dan aklimatisasi dengan lingkungan disekitar areal tanamnya. Agar diperoleh tanaman jati yang baik, sehat, dan seragam hingga akhir daur, diperlukan beberapa tindakan diantaranya sebagai berikut  :
a.      Penyulaman
Penyulaman dilakukan dengan cara mengganti bibit yang mati atau pertumbuhannya kurang baik dengan bibit baru yang sehat. Kegiatan ini dilakukan 1-2 bulan setelah penanaman. Pada penyulaman, bibit yang digunakan sebaiknya berumur sama sehingga diperoleh hutan tanaman jati berukuran seragam.
b.      Penyiangan
Pembersihan gulma dari sekitar tanaman dilakukan minimal hingga radius 1 – 2 m dari batang pokok. Tujuan penyiangan adalah untuk menghilangkan kompetisi hara serta mencegah berkembangnya hama dan penyakit.
c.       Pemangkasan
Pemangkasan (pruning) dilakukan agar batang tanaman jati bebas dari cabang setinggi 4 meter. Oleh sebab itu, tunas atau cabang yang tumbuh dari batang inti perlu dipangkas. Lakukan pemangkasan dengan hati-hati agar tidak merusak struktur batang / cabang. Adapun bekas luka sebaiknya ditutup dengan tanah dan dibungkus plastik agar terhindar dari masuknya hama dan penyakit.
d.      Pemupukan
Pada dasarnya, perkebunan tanaman hutan seperti jati jarang menerapkan pemupukan. Hal itu terjadi karena unsur hara yang diharapkan sangat bergantung pada dekomposisi alami. Namun, pemupukan perlu dilakukan jika pertumbuhan tanaman jati kurang optimal. Adapun jenis dan dosis pupuk disesuaikan dengan umur tanaman agar pada akhir daur produksi diperoleh tanaman jati yang seragam. Agar dosis pemberian pupuk lebih sesuai, lakukan analisis tanah sebelum pemupukan.
2.      Fase pertumbuhan generatif
Tanaman jati yang telah berumur lima tahun akan memasuki fase pertumbuhan generatif. Adapun kegiatan pemeliharaan pada fase ini meliputi beberapa hal berikut :
a.      Pemangkasan
Lakukan pemangkasan terhadap cabang yang tumbuh pada pohon inti agar diperoleh satuan panjang bebas cabang optimal lebih dari 4 meter. Hal ini bertujuan agar diperoleh volume produksi yang tinggi diakhir daur produksi.
b.      Penjarangan
Penjarangan bertujuan agar tanaman jati bisa tumbuh dengan optimal. Seiring dengan besarnya ukuran tanaman, jarak antar tanaman pun perlu diperluas agar volume produksi tanaman menjadi optimal. Dengan penjarangan, tanaman akan tumbuh ke samping sehingga diameter batang bisa bertambah lebar. Penjarangan tanaman jati dilakukan sesuai dengan struktur dan pola pertumbuhan. Idealnya, pohon yang dijarangkan adalah pohon yang kurang baik pertumbuhannya. Penjarangan juga dilakukan dengan memperhatikan kriteria fisik serta gangguan fisiologis yang tidak meguntungkan, misalnya pertumbuhannya lambat, tajuk pohon tidak rindang, batang bengkok, atau terserang hama dan penyakit. Khusus jati genjah, penjarangan dilakukan dua kali, yaitu saat tanaman berumur tujuh tahun dan 10 tahun. Biasanya, ada permintaan pasar untuk tanaman jati berumur tujuh tahun tahun maupun 10 tahun. Hal tersebut tentu akan berpengaruh pada nilai pendapatan.
c.       Pengendalian hama dan penyakit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar