BUDI DAYA
TANAMAN JATI
|
Judul
|
:
|
Jati Sebagai tanaman investasi
pendulang rupiah
|
|
Penyusun
|
:
|
Akhmad Sayidi, SST
|
|
Jabatan
|
:
|
Penyuluh Kahutanan Lapangan
Kecamatan Wanasari – Kabupaten Brebes.
|
A.
Sekilas Tentang Jati
Tanaman jati termasuk dalam 10 tanaman investasi pendulang
rupiah, yang tumbuh di Indonesia merupakan spesies Tectona grandis. Tinggi tanaman jati dapat mencapai 30 – 45
meter dengan diameter batang yang mencapai hingga 220 cm. Bentuk batang tidak
teratur serta beralur. Kulit batangnya mudah terkelupas dan berwarna kecoklatan
atau keabuan. Selain itu, tanaman jati ini berakar papan pendek dan bercabang
empat. Daun tanaman jati bebentuk opposite
yang menyerupai jantung membulat dengan ujung meruncing. Daun muda berwarna
hijau kecoklatan, sedangkan daun tua berwarna tua keabu-abuan. Biasanya daun
tanaman jati berukuran panjang 20 – 50 cm dan lebar 15 – 40 cm dan memiliki
bulu di permukaannya. Pertumbuhan daun sangat dipengaruhi oleh kondisi musim.
Tanaman jati akan menggugurkan daunnya pada musim kemarau dan akan bersemi
kembali pada awal musim hujan.
Bunga jati terbentuk dalam malai bunga yang tumbuh di ujung
atau tepi cabang. Bunga jantan (benang sari) dan betina (putik) berada dalam 1
bunga (monoceus). Bunga berwarna
putih berukuran panjang 6-8 mm dan lebar 4-5 mm. Bunga jati memiliki 5-7
kelopak berukuran 3-5 mm dan memiliki mahkota bunga yang tersusun melingkar
berukuran sekitar 10 mm. Tangkai putik berjumlah 5-6 buah dengan filamen
berukuran 3 mm, antena memanjang berukuran 1-5 mm, dan ovarium membulat
berukuran sekitar 2 mm. Bunga yang terbuahi akan menghasilkan buah berukuran
1-1,5 cm.
B.
Syarat Tumbuh
Walaupun dikenal sebagai penghasil kayu yang kuat, jati juga
memerlukan kondisi yang kondusif untuk mendukung pertumbuhannya. Habitat tumbuh
yang sesuai akan mendukung kualitas kayu yang dihasilkan. Persyaratan tumbuh
tersebut meliputi tanah, iklim, curah hujan, dan kelembapan yang secara lengkap
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
|
Uraian
|
Syarat
Tumbuh
|
|
Tanah
|
-
Topografi yang
relatif datar (hutan dataran rendah) atau memiliki kemiringan lereng < 20
%
-
Unsur kimia
pokok yang penting dalam mendukung pertumbuhan jati adalah kalsium (Ca),
fosfor (P), kalium (K) dan nitrogen (N).
-
Pada lahan
hutan jati alam, kapasitas bahan organik (humus) yang tersedia antara 1,87 –
5,5 % berada dipermukaan dan 0,17 – 0,19 % berada sekitar 100 cm berada
dibawah permukaan.
|
|
Ketinggian tempat
|
Ketinggian tempat lebih dari 600 meter dpl adalah
daerah tanaman jati tidak dapat tumbuh dengan baik, jati tidak dapat
berkembang dengan baik karena suhu tahunannya lebih rendah.
|
|
Iklim
|
-
Curah hujan
minimum 750 mm/tahun, optimum 1000 – 1500 mm/tahun dan maksimum 2500
mm/tahun. Walaupun demikian tanaman jati masih dapat tumbuh didaerah dengan
curag hujan 3750 mm/tahun. Curah hujan secara fisik dan fisiologis
berpengaruh terhadap sifat gugurnya daun dan kualitas produk kayu. Didaerah
dengan musim kemarau panjang, tanaman jati akan menggugurkan daunnya dan
biasanya lingkaran tahun yang terbentuk lebih artistik.
-
Suhu udara yang
dibutuhkan tanaman jati untuk tumbuh baik minimum 13 – 17 0 C dan
maksimum 39 – 43 0 C. Pada suhu yang optimum yaitu 32 – 42 0
C, tanaman jati akan menghasilkan kualitas kayu yang baik.
-
Kondisi
kelembaban lingkungan tanaman jati yang optimal sekitar 80 % untuk fase
vegetatif dan antara 60 – 70 % untuk fase generatif.
|
C.
Perbanyakan Tanaman
Perbanyakan jati dapat dilakukan bukan hanya secara
generatif, tetapi juga vegetatif. Langkah ini dilakukan untuk mempercepat umur
panen jati menjadi sekitar 15 tahun.
1.
Perbanyakan secara generatif
Perbanyakan generatif berarti melakukan perbanyakan melalui
benih. Untuk memperoleh hasil yang baik, perbanyakan generatif sangat
tergantung pada jenis benih yang digunakan. Sebaiknya benih yang digunakan
sudah mendapat sertifikat atau berasal dari pohon induk yang baik.
Pemilihan induk yang baik dapat dilakukan terhadap pohon
induk alami (seed stand) atau membangun secara khusus pohon induk (seed orchad)
yang sudah terisolasi diareal penanaman jati. Pengisolasian ini dimaksudkan
agar pohon induk tidak terkontaminasi oleh serbuk bunga tanaman jati yang tidak
dikehendaki.
Beberapa persyaratan pohon induk yang baik sebagai berikut :
-
Memiliki
penampakan (performance) tumbuh yang
baik, sehat, dan bertajuk rindang.
-
Tinggi
pohon bebas cabang minimal 4 meter.
-
Memiliki
riap tumbuh (tinggi dan diameter)
diatas rata-rata.
-
Tahan
gangguan hama dan penyakit.
-
Memiliki
kematangan umur (maturity) optimal,
yaitu berumur ≥ 15 tahun.
-
Berbuah
sepanjang tahun dan memiliki kapasitas optimal.
-
Memiliki
daya kecambah benih ≥ 80 %.
2.
Perbanyakan secara vegetatif
Seiring dengan perkembangan teknologi
budi daya tanaman, bibit jati hasil rekayasa teknis, baik melalui pengembangan
benih dari pohon plus maupun teknologi kultur vegetatif mulai bermunculan.
Hasilnya bisa berupa klon atau kultivar tanaman jati dengan daur produksi
ekonomis sekitar 15 tahun. Dengan begitu, kurun waktu budi daya jati menjadi
relatif singkat dengan nilai produksi yang cukup menjanjikan. Secara vegetatif,
tahapan perbanyakan tanaman jati hingga pemeliharaan dilakukan sebagai berikut
:
a. Persiapan bahan bibit dan media
kultur
Bagian
tanaman jati yang bisa dikembangkan dengan kultur jaringan yaitu pucuk, ujung
akar, embrio benih, atau bunga. Perbanyakan ini dilakukan dilaboratorium secara
aseptik dengan menggunakan media cair atau padat (agar bacto) yang dimasukkan ke dalam laminar air flow, shaker incubator, dan inkas. Cara ini aman dari
kontaminasi mikroorganisme yang kasar mata (virus, bakteri, jamur, dan
mikroorganisme lainnya).
b. Kultur tunas
Setelah
bahan benih dan media tumbuh disiapkan, tahap selanjutnya adalah kultur tunas.
Berikut langkah yang harus dilakukan.
1) Potong tunas jati dengan pisau steril
dalam laminar air flow.
Sterilisasi
pisau dilakukan dengan cara mencuci pisau dengan etanol 70 % dan membilasnya
dengan aquades.
2) Sterilkan potongan tunas dengan
etanol 70 %, lalu masukkan ke dalam natrium hipoklorit 7 % selama 5 – 6 menit.
Kemudian cuci dengan aquades dan ulangi hingga 5 – 6 kali.
3) Setelah 4 – 6 minggu, kultur tunas
biasanya telah tumbuh dan keluarkan segera dari tabung reaksi. Bersihkan media agar yang masih menempel pada tunas
dengan air mengalir.
4) Tanaman tunas dalam pot yang telah
diberi media tanam berupa vermiklit atau perlit.
5) Agar tumbuh dengan optimal, siram
tunas dengan bahan larutan yang mengandung hara Hoagland.
6) Pindahkan tunas yang telah tumbuh
baik ke dalam polibag dengan media tanam berupa campuran tanah dan kompos
dengan perbandingan 1 : 1
7) Letakkan polibag dalam naungan
paranet dengan intensitas cahaya sekitar 60 %.
8) Lakukan penyiraman selama
pemeliharaan hingga bibit siap tanam, sekitar 4 – 6 bulan.
D.
Penanaman
Pada
saat awal penanaman, jati ditanam secara monokultur. Adapun proses penanamannya
dilakukan lewat tahap berikut.
1.
Persiapan lahan
Lahan
penanaman perlu diolah terlebih dahulu agar bisa digunakan secara efektif dan
efisien. Pengolahan ini sebaiknya memperhatikan kondisi topografi dan geografi
lahan serta kesuburannya. Beberapa kegiatan pengolahan lahan yang dilakukan
sebagai berikut :
a. Pengukuran dan pemetaan lahana
Luas
lahan yang hendak ditanam jati diukur, lalu dipetakan agar penanaman bisa
dilakukan secara terencana.
b. Pengolahan lahan
Saat
mengolah lahan, hal utama yang harus dilakukan adalah membersihkan lahan dari
jenis tumbuhan lain. Selanjutnya, pengolahan bisa disesuaikan dengan kondisi
lahan, baik secara manual, semi mekanis, maupun mekanis. Khusus untuk topografi
yang datar, pengolahan lahan bisa dilakukan dengan traktor. Cara lain yang
lebih ekonomis yaitu sistem cemplongan, yaitu lahan yang dikelola hanya sekitar
1 m2 dari titik tanam atau sistem jalur. Teknisnya, titik
tanam (tempat pembuatan lubang tanam) diolah secara optimal, sedangkan areal
tanah dengan radius 1m dari titik tanam dibersihkan dan diolah secara ringan.
c. Pengajiran, pembuatan lubang tanam,
dan pemupukan.
Lahan
tanam yang telah diolah kemudian diberi ajir setinggi 50 – 60 cm sebagai tanda
titik tanam. Ajir dapat terbuat dari belahan bambu atau kayu. Jarak tanam awal
dibuat 2 m x 2 m (2.500 pohon/Ha). Setelah penentuan titik tanam, lakukan
pembuatan lubang tanam dengan ukuran optimal 40 cm x 40 cm x 40 cm. Selanjutnya,
masukkan campuran pupuk dasar ke dalam lubang yang terdiri dari 10 kg kompos,
100 – 200 gr TSP, dan 50 – 100 gr urea/ZA.
2.
Pengadaan bibit
Bibit
jati yang dipilih sebaiknya berasal dari hasil perbanyakan secara konvensional
atau kultur jaringan. Harga bibit konvensional cukup murah, tetapi masa
produksinya sangat lama, yaitu mencapai 60 – 80 tahun. Sementara itu, harga
bibit hasil kultur jaringan cukup mahal, tetapi masa produksinya relatif lebih
cepat. Adapun bibit hasil kultur jaringan ini bisa diperoleh di institusi
pemerintah (PT Perhutani) ataupun perusahaan swasta lainnya.
Ciri-ciri
benih dan bibit yang baik adalah sebagai berikut :
-
Daya
kecambah lebih dari 90 % dan daya tumbuh anakannya lebih dari 80 %. Benih
tanaman jati dapat disimpan dan dorman (karena kulitnya yang keras) apabila
belum ditanam. Caranya benih dimasukkan ke dalam kaleng akan lebih baik jika
diselimuti arang halus / sekam kayu. Dengan cara ini, masa simpan benih jati
bisa mencapai dua tahun.
-
Batangnya
tumbuh tegak, jumlah daun proporsional serta tidak terdapat bekas gigitan
serangga atau ulat atau hama lainnya.
-
Mempunyai
tinggi seragam, warna daun terlihat hijau cerah, dan tidak layu.
3.
Penanaman
Untuk
menekan jumlah bibit yang mati, waktu tanam ideal sebaiknya dilakukan pada awal
musim hujan. Adapun cara penanamannya adalah sebagai berikut :
1) Pindahkan bibit siap tanam ke lahan
penanaman.
2) Masukkan bibit ke dalam lubang tanam,
lalu sobek kantong polibag dengan hati-hati agar media tanam tidak pecah dan
merusak akar bibit.
3) Tutup lubang tanam dengan campuran
lapisan tanah atas (top soil) dan
tanah bagian bawah, lalu padatkan dan ratakan.
4) Buat guludan agar tidak terjadi
genangan air yang bisa menimbulkan pertumbuhan jamur atau bakteri.
E.
Pemeliharaan
Secara
teknis, pemeliharaan tanaman jati dibagi dalam dua tahapan, yaitu pertumbuhan
vegetatif dan generatif. Pertumbuhan vegetatif terjadi hingga tanaman berumur
lima tahun, sedangkan pertumbuhan generatif sejak tanaman berumur lima tahun
hingga mencapai daur produksi, tergantung jenis/varietas jati yang ditanam.
1.
Fase pertumbuhan vegetatif
Secara fisiologis, tanaman jati pada fase ini akan melakukan
adaptasi dan aklimatisasi dengan lingkungan disekitar areal tanamnya. Agar
diperoleh tanaman jati yang baik, sehat, dan seragam hingga akhir daur, diperlukan
beberapa tindakan diantaranya sebagai berikut
:
a. Penyulaman
Penyulaman
dilakukan dengan cara mengganti bibit yang mati atau pertumbuhannya kurang baik
dengan bibit baru yang sehat. Kegiatan ini dilakukan 1-2 bulan setelah
penanaman. Pada penyulaman, bibit yang digunakan sebaiknya berumur sama
sehingga diperoleh hutan tanaman jati berukuran seragam.
b. Penyiangan
Pembersihan
gulma dari sekitar tanaman dilakukan minimal hingga radius 1 – 2 m dari batang
pokok. Tujuan penyiangan adalah untuk menghilangkan kompetisi hara serta
mencegah berkembangnya hama dan penyakit.
c. Pemangkasan
Pemangkasan
(pruning) dilakukan agar batang
tanaman jati bebas dari cabang setinggi 4 meter. Oleh sebab itu, tunas atau
cabang yang tumbuh dari batang inti perlu dipangkas. Lakukan pemangkasan dengan
hati-hati agar tidak merusak struktur batang / cabang. Adapun bekas luka
sebaiknya ditutup dengan tanah dan dibungkus plastik agar terhindar dari
masuknya hama dan penyakit.
d. Pemupukan
Pada
dasarnya, perkebunan tanaman hutan seperti jati jarang menerapkan pemupukan.
Hal itu terjadi karena unsur hara yang diharapkan sangat bergantung pada
dekomposisi alami. Namun, pemupukan perlu dilakukan jika pertumbuhan tanaman
jati kurang optimal. Adapun jenis dan dosis pupuk disesuaikan dengan umur
tanaman agar pada akhir daur produksi diperoleh tanaman jati yang seragam. Agar
dosis pemberian pupuk lebih sesuai, lakukan analisis tanah sebelum pemupukan.
2.
Fase pertumbuhan generatif
Tanaman jati yang telah berumur lima tahun akan memasuki fase
pertumbuhan generatif. Adapun kegiatan pemeliharaan pada fase ini meliputi
beberapa hal berikut :
a. Pemangkasan
Lakukan
pemangkasan terhadap cabang yang tumbuh pada pohon inti agar diperoleh satuan
panjang bebas cabang optimal lebih dari 4 meter. Hal ini bertujuan agar
diperoleh volume produksi yang tinggi diakhir daur produksi.
b. Penjarangan
Penjarangan
bertujuan agar tanaman jati bisa tumbuh dengan optimal. Seiring dengan besarnya
ukuran tanaman, jarak antar tanaman pun perlu diperluas agar volume produksi
tanaman menjadi optimal. Dengan penjarangan, tanaman akan tumbuh ke samping
sehingga diameter batang bisa bertambah lebar. Penjarangan tanaman jati
dilakukan sesuai dengan struktur dan pola pertumbuhan. Idealnya, pohon yang
dijarangkan adalah pohon yang kurang baik pertumbuhannya. Penjarangan juga
dilakukan dengan memperhatikan kriteria fisik serta gangguan fisiologis yang
tidak meguntungkan, misalnya pertumbuhannya lambat, tajuk pohon tidak rindang,
batang bengkok, atau terserang hama dan penyakit. Khusus jati genjah,
penjarangan dilakukan dua kali, yaitu saat tanaman berumur tujuh tahun dan 10
tahun. Biasanya, ada permintaan pasar untuk tanaman jati berumur tujuh tahun
tahun maupun 10 tahun. Hal tersebut tentu akan berpengaruh pada nilai
pendapatan.
c. Pengendalian hama dan penyakit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar