ANALISA
USAHA TANAMAN JATI
Oleh :
Penyuluh Kehutanan Lapangan Kabupaten Brebes
(AKHMAD
SAYIDI, SST)
Analisis usaha ini hanya merupakan gambaran cara menghitung
keuntungan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa belum ada jati
genjah yang berumur hingga 15 tahun sehingga angka yang disebutkan merupakan
perkiraan dengan beberapa asumsi. Secara detil, perhitungan biaya dan
pendapatan usaha tanaman hutan jati, sebagai berikut :
1.
Asumsi-asumsi
Berikut ini asumsi-asumsi yang digunakan dalam perhitungan analisis usaha
budi daya tanaman jati.
-
Analisis
usaha berdasarkan sistem monokultur;
-
Harga
faktor produksi yang digunakan selama 15 tahun berdasarkan angka prediksi dan
dianggap konstan;
-
Komponen
yang tidak tercantum dianggap diabaikan karena tidak terlalu signifikan
terhadap perhitungan.
-
Pengolahan
lahan merupakan kegiatan pengukuran dan pembukaan lahan;
-
Untuk
1 Ha, dibutuhkan 2.000 bibit @ Rp. 20.000,-
-
Penjarangan
dilakukan dua kali, yaitu pada umur 7 tahun dan 10 tahun. Panen keseluruhan
dilakukan pada umur 15 tahun. Untuk memudahkan perhitungan, tanaman dibagi
menjadi tiga, yaitu tanaman A (dipanen umur tujuh tahun), tanaman B (dipanen
umur 10 tahun), dan tanaman C (dipanen umur 15 tahun).
2.
Biaya-biaya
Pada usaha tanaman jati, terdapat tiga kali pemanenan. Dengan
begitu penggunaan biaya, baik investasi maupun variabel dibagi berdasarkan
persentase pemakaian masing-masing hasil panen.
a. Biaya investasi
-
Sewa
lahan Rp. 7.500.000,-
-
Pembuatan
bangunan Rp. 10.000.000,-
-
Pengadaan
alat Rp. 2.000.000,-
Jumlah Rp. 19.500.000,-
Biaya investasi rata-rata per tahun (Rp. 19.500.000,-/15
tahun) = Rp. 1.300.000,-
1) Penjarangan I
Tanaman A = (Rp. 1.300.000,-/3) x 7 tahun =
Rp. 3.033.333,-
Tanaman B = (Rp. 1.300.000,-/3) x 7 tahun =
Rp. 3.033.333,-
Tanaman C = (Rp. 1.300.000,-/3) x 7 tahun =
Rp. 3.033.333,-
2) Penjarangan II
Tanaman B = (Rp. 1.300.000,-/2) x 3 tahun =
Rp. 1.950.000,-
Tanaman C = (Rp. 1.300.000,-/2) x 3 tahun =
Rp. 1.950.000,-
* Angka 3 tahun diperoleh dari 10 tahun – 7 tahun.
3) Pemanenan
Tanaman C =
(Rp. 1.300.000,-/1) x 5 tahun =
Rp. 6.500.000,-
* Angka 5 tahun diperoleh dari 15 tahun – 10 tahun
Total biaya investasi yang digunakan oleh masing-masing
tanaman sebagai berikut :
Tanaman A =
Rp. 3.033.333,-
Tanaman B =
Rp. 3.033.333,- + Rp. 1.950.000,- = Rp. 4.983.333,-
Tanaman C =
Rp. 3.033.333,- + Rp. 1.950.000,- + Rp. 6.500.000,-
= Rp. 11.483.333,-
b. Biaya variabel (operasional)
Pada biaya variabel, terdapat biaya yang dibebankan sama
untuk setiap tanaman, yaitu pada masa awal penanaman. Biaya-biaya tersebut
antara lain sebagai berikut.
-
Pemolaan
lahan Rp. 400.000,-
-
Pengolahan
lahan Rp. 700.000,-
-
Pengadaan
bibit Rp. 40.000.000,-
-
Tenaga
penanaman Rp. 3.000.000,-
Jumlah Rp. 44.100.000,-
Dengan demikian, terdapat biaya operasional masing-masing
sebesar Rp. 14.700.000,- untuk tanaman A, B, dan C. Angka ini diambil dari
total jumlah biaya operasional tersebut dibagi tiga.
1) Penjarangan I (bulan I, II, III, IV,
V, VI, VII)
-
Biaya
operasional sebelumnya Rp.
14.700.000,-
-
Pengadaan
pupuk Rp. 2.333.310,-
-
Pengadaan
obat Rp. 1.166.690,-
-
Tenaga
pemeliharaan Rp. 7.000.000,-
-
Tenaga
pemupukan Rp. 1.400.000,-
-
Penjarangan Rp. 7.500.000,-
-
Pengangkutan
panen Rp. 270.000,-
Jumlah Rp. 34.370.000,-
Tanaman A = Rp. 34.370.000,-/3 = Rp. 1.145.667,-
Tanaman B = Rp. 34.370.000,-/3 = Rp. 1.145.667,-
Tanaman C = Rp. 34.370.000,-/3 = Rp. 1.145.667,-
2) Penjarangan II (bulan VIII, IX, X)
-
Biaya
operasional sebelumnya Rp. 14.700.000,-
-
Pengadaan
pupuk Rp. 999.990,-
-
Pengadaan
obat Rp. 500.000,-
-
Tenaga
pemeliharaan Rp. 3.000.000,-
-
Tenaga
pemupukan Rp. 600.000,-
-
Penjarangan Rp. 20.000.000,-
-
Pengangkutan
panen Rp. 1.310.000,-
Jumlah Rp. 41.109.990,-
Tanaman B = Rp. 41.109.990,-/2 = Rp. 20.554.995,-
Tanaman C = Rp. 41.109.990,-/2 = Rp. 20.554.995,-
3) Penjarangan akhir (bulan XI, XII, XIII,
XIV, XV)
-
Biaya
operasional sebelumnya Rp. 14.700.000,-
-
Pengadaan
pupuk Rp. 1.666.650,-
-
Pengadaan
obat Rp. 833.350,-
-
Tenaga
pemeliharaan Rp. 5.000.000,-
-
Tenaga
pemupukan Rp. 1.000.000,-
-
Pemanenan Rp. 35.000.000,-
-
Pengangkutan
panen Rp. 3.520.000,-
Jumlah Rp. 61.720.000,-
Dengan demikian,
diperoleh informasi sebagai berikut :
-
Biaya
variabel tanaman A sebesar Rp. 1.145.667,- dan biaya variabel/m3
sebesar Rp. 42.432,-
-
Biaya
variabel tanaman B sebesar Rp. 1.145.667,- ditambah Rp. 20.554.995,- atau Rp.
21.700.662,- dan biaya variabel/m3 sebesar Rp. 165.654,-
-
Biaya
variabel tanaman C sebesar Rp. 1.145.667,- ditambah Rp. 20.554.995,- ditambah
Rp. 61.720.000,- atau Rp. 83.420.662,- dan biaya variabel/m3 sebesar
Rp. 236.990,-
-
Total
biaya variabel yang dikeluarkan sebesar Rp. 137.199.990,-
3.
Pendapatan
a. Pendapatan penjarangan I
Dengan volume produksi 27 m3 dan harga satuan Rp.
1.000.000,-/m3 maka pendapatan kotornya sebesar Rp. 27.000.000,-
b. Pendapatan penjarangan II
Dengan volume produksi 131 m3 dan harga satuan Rp. 2.000.000,-/m3 maka
pendapatan kotornya sebesar Rp. 262.000.000,-
c. Pendapatan penjarangan III
Dengan volume produksi 352 m3 dan harga satuan Rp. 3.000.000,-/m3 maka
pendapatan kotornya sebesar Rp. 1.056.000.000,-. Total pendapatan yang
diperoleh sebesar Rp. 1.345.000.000,-. Dengan begitu, laba usaha yang diperoleh
sebesar :
4.
Laba
= total pendapatan – total biaya variabel – total biaya investasi
= Rp. 1.345.000.000,- - Rp. 137.199.990,- - Rp. 19.500.000,-
= Rp. 1.188.300.010,-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar