Sabtu, 13 Agustus 2016

ANALISA USAHA TANAMAN JATI


ANALISA
USAHA TANAMAN JATI
Oleh :
 Penyuluh Kehutanan Lapangan Kabupaten Brebes
(AKHMAD SAYIDI, SST)



Analisis usaha ini hanya merupakan gambaran cara menghitung keuntungan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa belum ada jati genjah yang berumur hingga 15 tahun sehingga angka yang disebutkan merupakan perkiraan dengan beberapa asumsi. Secara detil, perhitungan biaya dan pendapatan usaha tanaman hutan jati, sebagai berikut :
1.      Asumsi-asumsi
Berikut ini asumsi-asumsi yang digunakan dalam perhitungan analisis usaha budi daya tanaman jati.
-          Analisis usaha berdasarkan sistem monokultur;
-          Harga faktor produksi yang digunakan selama 15 tahun berdasarkan angka prediksi dan dianggap konstan;
-          Komponen yang tidak tercantum dianggap diabaikan karena tidak terlalu signifikan terhadap perhitungan.
-          Pengolahan lahan merupakan kegiatan pengukuran dan pembukaan lahan;
-          Untuk 1 Ha, dibutuhkan 2.000 bibit @ Rp. 20.000,-
-          Penjarangan dilakukan dua kali, yaitu pada umur 7 tahun dan 10 tahun. Panen keseluruhan dilakukan pada umur 15 tahun. Untuk memudahkan perhitungan, tanaman dibagi menjadi tiga, yaitu tanaman A (dipanen umur tujuh tahun), tanaman B (dipanen umur 10 tahun), dan tanaman C (dipanen umur 15 tahun).
2.      Biaya-biaya
Pada usaha tanaman jati, terdapat tiga kali pemanenan. Dengan begitu penggunaan biaya, baik investasi maupun variabel dibagi berdasarkan persentase pemakaian masing-masing hasil panen.
a.      Biaya investasi
-          Sewa lahan                                   Rp.    7.500.000,-
-          Pembuatan bangunan                  Rp.  10.000.000,-
-          Pengadaan alat                            Rp.    2.000.000,-
Jumlah                                          Rp.  19.500.000,-
Biaya investasi rata-rata per tahun (Rp. 19.500.000,-/15 tahun) = Rp. 1.300.000,-


1)      Penjarangan I
Tanaman A = (Rp. 1.300.000,-/3) x 7 tahun        =  Rp. 3.033.333,-
Tanaman B = (Rp. 1.300.000,-/3) x 7 tahun        =  Rp. 3.033.333,-
Tanaman C = (Rp. 1.300.000,-/3) x 7 tahun        =  Rp. 3.033.333,-

2)      Penjarangan II
Tanaman B = (Rp. 1.300.000,-/2) x 3 tahun        =  Rp. 1.950.000,-
Tanaman C = (Rp. 1.300.000,-/2) x 3 tahun        =  Rp. 1.950.000,-
* Angka 3 tahun diperoleh dari 10 tahun – 7 tahun.

3)      Pemanenan
Tanaman C           = (Rp. 1.300.000,-/1) x 5 tahun           = Rp. 6.500.000,-
* Angka 5 tahun diperoleh dari 15 tahun – 10 tahun
Total biaya investasi yang digunakan oleh masing-masing tanaman sebagai berikut :
Tanaman A           = Rp. 3.033.333,-
Tanaman B           = Rp. 3.033.333,- + Rp. 1.950.000,-    =  Rp. 4.983.333,-
Tanaman C           = Rp. 3.033.333,- + Rp. 1.950.000,- + Rp. 6.500.000,-
                             = Rp. 11.483.333,-

b.      Biaya variabel (operasional)
Pada biaya variabel, terdapat biaya yang dibebankan sama untuk setiap tanaman, yaitu pada masa awal penanaman. Biaya-biaya tersebut antara lain sebagai berikut.
-          Pemolaan lahan               Rp.       400.000,-
-          Pengolahan lahan                        Rp.       700.000,-
-          Pengadaan bibit               Rp. 40.000.000,-
-          Tenaga penanaman         Rp.   3.000.000,-
Jumlah                             Rp. 44.100.000,-

Dengan demikian, terdapat biaya operasional masing-masing sebesar Rp. 14.700.000,- untuk tanaman A, B, dan C. Angka ini diambil dari total jumlah biaya operasional tersebut dibagi tiga.






1)      Penjarangan I (bulan I, II, III, IV, V, VI, VII)
-          Biaya operasional sebelumnya         Rp. 14.700.000,-
-          Pengadaan pupuk                             Rp.   2.333.310,-
-          Pengadaan obat                                Rp.   1.166.690,-
-          Tenaga pemeliharaan                      Rp.   7.000.000,-
-          Tenaga pemupukan                          Rp.   1.400.000,-
-          Penjarangan                                      Rp.   7.500.000,-
-          Pengangkutan panen                        Rp.       270.000,-
Jumlah                                              Rp. 34.370.000,-

Tanaman A = Rp. 34.370.000,-/3 = Rp. 1.145.667,-
Tanaman B = Rp. 34.370.000,-/3 = Rp. 1.145.667,-
Tanaman C = Rp. 34.370.000,-/3 = Rp. 1.145.667,-

2)      Penjarangan II (bulan VIII, IX, X)
-          Biaya operasional sebelumnya         Rp.  14.700.000,-
-          Pengadaan pupuk                             Rp.        999.990,-
-          Pengadaan obat                                Rp.        500.000,-
-          Tenaga pemeliharaan                      Rp.     3.000.000,-
-          Tenaga pemupukan                          Rp.         600.000,-
-          Penjarangan                                      Rp.   20.000.000,-
-          Pengangkutan panen                        Rp.      1.310.000,-
              Jumlah                                             Rp.   41.109.990,-

Tanaman B = Rp. 41.109.990,-/2 = Rp. 20.554.995,-
Tanaman C = Rp. 41.109.990,-/2 = Rp. 20.554.995,-

3)      Penjarangan akhir (bulan XI, XII, XIII, XIV, XV)
-          Biaya operasional sebelumnya         Rp.  14.700.000,-
-          Pengadaan pupuk                             Rp.     1.666.650,-
-          Pengadaan obat                                Rp.         833.350,-
-          Tenaga pemeliharaan                      Rp.     5.000.000,-
-          Tenaga pemupukan                          Rp.      1.000.000,-
-          Pemanenan                                       Rp.   35.000.000,-
-          Pengangkutan panen                        Rp.     3.520.000,-
Jumlah                                              Rp.   61.720.000,-
Dengan demikian, diperoleh informasi sebagai berikut :
-          Biaya variabel tanaman A sebesar Rp. 1.145.667,- dan biaya variabel/m3 sebesar Rp. 42.432,-
-          Biaya variabel tanaman B sebesar Rp. 1.145.667,- ditambah Rp. 20.554.995,- atau Rp. 21.700.662,- dan biaya variabel/m3 sebesar Rp. 165.654,-
-          Biaya variabel tanaman C sebesar Rp. 1.145.667,- ditambah Rp. 20.554.995,- ditambah Rp. 61.720.000,- atau Rp. 83.420.662,- dan biaya variabel/m3 sebesar Rp. 236.990,-
-          Total biaya variabel yang dikeluarkan sebesar Rp. 137.199.990,-

3.      Pendapatan
a.      Pendapatan penjarangan I
Dengan volume produksi 27 m3 dan harga satuan Rp. 1.000.000,-/m3 maka pendapatan kotornya sebesar Rp. 27.000.000,-
b.      Pendapatan penjarangan II
Dengan volume produksi 131 m3 dan harga satuan Rp. 2.000.000,-/m3 maka pendapatan kotornya sebesar Rp. 262.000.000,-
c.       Pendapatan penjarangan III
Dengan volume produksi 352 m3 dan harga satuan Rp. 3.000.000,-/m3 maka pendapatan kotornya sebesar Rp. 1.056.000.000,-. Total pendapatan yang diperoleh sebesar Rp. 1.345.000.000,-. Dengan begitu, laba usaha yang diperoleh sebesar :

4.      Laba
= total pendapatan – total biaya variabel – total biaya investasi
= Rp. 1.345.000.000,- - Rp. 137.199.990,- - Rp. 19.500.000,-
= Rp. 1.188.300.010,-

ANALISA USAHA TANAMAN KAYU MANIS


ANALISA
USAHA TANAMAN KAYU MANIS (Cinnamomum burmannii)
Oleh :
 Penyuluh Kehutanan Lapangan Kabupaten Brebes
(AKHMAD SAYIDI, SST)



Usaha budi daya tanaman kayu manis untuk mendapatkan kulit dan minyaknya sangat menguntungkan. Untuk memastikan keuntungan dan kelayakan usaha ini diperlukan analisis usaha. Penerapan analisis usaha ini berbeda untuk masing-masing daerah karena harga atau nilai dalam analisis ini berbeda. Contoh analisis ini menggunakan data yang berlaku di daerah Sumatera dengan sistem penanaman monokultur. Jarak tanam yang digunakan adalah 1,5 m x 1,5 m sehingga terdapat 4.400 pohon/Ha. Bibit dari perbanyakan biji pada bedengan. Jumlah biji termasuk penyulaman 10 %, penjarangan 10 %, dan tanaman mati 10 % sebanyak 6.000 buah. Pemupukan awal dengan pupuk kandang dan urea, sedangkan pemupukan susulan dengan NPK 15-15-15.
Tenaga kerja untuk penyiraman cukup banyak karena harus dilakukan setiap hari selama masa pembibitan. Panen hanya sekali saat umur sembilan tahun dengan hasil kulit basah dari batang pokok 4 kg/pohon dan dari cabang 1,5 kg/pohon. Setelah penjemuran, kulit susut 50 % (kualitas baik) sehingga hasil kulit kering 2,75 kg/pohon. Harga kulit mutu KA (Korinci A) di tingkat petani Rp. 5.000,-. Adapun analisis usaha budi daya kayu manis seluas satu hektar sebagai berikut :

Tabel. RINCIAN BIAYA USAHA BUDI DAYA TANAMAN KAYU MANIS
Uraian Pekerjaan
Jumlah (Rp,-)
1.      Biaya Tetap

a.      Sewa lahan (8 tahun @ Rp. 1.000.000,-)
8.000.000,-

b.      Pengadaan biji
120.000,-

c.       Peralatan
5.000.000,-

2.      Biaya Operasional

a.      Pembibitan
1.500.000,-

b.      Pemupukan
9.000.000,-

c.       Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu
2.500.000,-

d.      Tenaga kerja
2.500.000,-

TOTAL  BIAYA  :
28.620.000,-



PENDAPATAN  dan KEUNTUNGAN
Pendapatan,
Hasil penjualan kulit kayu manis 12.100 kg x Rp. 4.000,- = Rp. 60.500.000,- dengan demikian, diperoleh keuntungan usaha sebesar :
Keuntungan     =          total pendapatan – total biaya
                        =          Rp. 60.500.000,- - Rp. 28.620.000,-
                        =          Rp. 31.880.000,-